Sabtu, 29 November 2008

HUJAN adalah rizqi bukan musibah

Waktu mau pergi atau ditengah perjalanan menuju tempat melepas penat, tiba-tiba hujan turun, deras-lama-pakai acara ada petir pula. Pernah ngalami kejadian begitu kan? Pasti pernah.
Ingat apa yang terucap saat hujan dirasa menghalangi aktifitas?
"Yahhhh hujan...." (diucapkan dgn nada amat kecewa)
"S**t! Pake hujan segala" (diucapkan dgn ekspresi emosi yg lebai kaya di sinetron)
"Sumpah, gua paling benci kalau hujan begini" (diucapkan dgn bibir menyang menyong karena cemberut)
dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya.....
Padahal, hujan itu rizqi dari Alloh lho!!!!!!
Kalau kita mengumpat saat hujan turun, sama aja kita menolak rizqi-Nya.
Kalau dengan hujan kita khawatir ada musibah 'after rain', kenapa kita gak berdo'a aja mohon perlindungan-Nya dan introspeksi diri sendiri, jangan2 musibah 'after rain' itu disebabkan oleh kita sendiri makanya Alloh mendatangkan musibah itu untuk memperingatkan dan menguji kita?
Baca aja deh kutipan dibawah ini....(tank's ya Mas Eddy yang udah ngijinin copy paste... :) )

Segala puji bagi Allah ta’ala atas segala macam nikmat yang telah diberikan-Nya. Dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah ta’ala berfirman:

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” (QS. Al Waqi’ah [56]: 68-69)

Begitu juga firman Allah ta’ala:

“Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah.” (QS. An Naba’ [78]: 14)

Allah ta’ala juga berfirman:

“Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya.” (QS. An Nur [24]: 43) yaitu dari celah-celah awan. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, 24/262, Maktabah Syamilah)

Merupakan tanda kekuasaan Allah ta’ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah ta’ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat [41]: 39)

Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.
Sebagai tanda syukur kepada Allah atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa hal seputar musim hujan. Semoga dari tulisan yang singkat ini, pembaca dapat menggali ilmu yang bermanfaat di dalamnya. Silakan menyimak!

ADAB KETIKA HUJAN
Turunnya Hujan, Salah Satu Waktu Terkabulnya Do’a
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan, “Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun..” (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami’)

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Dua orang yang tidak ditolak do’anya adalah: [1] ketika adzan dan [2] ketika rapatnya barisan pada saat perang.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Dan ketika hujan turun.” (HR. Abu Daud dan Ad Darimi, namun Ad Darimi tidak menyebut, “Dan ketika hujan turun.” Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Misykatul Mashobih)

Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat dengan diturunkannya hujan, dianjurkan bagi seorang muslim untuk membaca do’a,

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”

Itulah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat hujan turun. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala melihat hujan turun, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan ‘Allahumma shoyyiban nafi’an’. (HR. Bukhari, Ahmad, dan An Nasai). Yang dimaksud shoyyiban adalah hujan. (Lihat Al Jami’ Liahkamish Sholah, 3/113, Maktabah Syamilah dan Zaadul Ma’ad, I/439, Maktabah Syamilah)

Tatkala Terjadi Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian tatkala hujan turun begitu lebatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari no. 1013 dan 1014). Oleh karena itu, saat turun hujan lebat sehingga ditakutkan membahayakan manusia, dianjurkan untuk membaca do’a di atas. (Lihat Al Jami’ Liahkamish Sholah, 3/114, Maktabah Syamilah)

Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kehujanan. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, ‘Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Karena dia baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim no. 2120)

An Nawawi dalam Syarh Muslim, 6/195, makna hadits ini adalah bahwasanya hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah ta’ala, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut. Kemudian An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama syafi’iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih mulia melakukan sesuatu yang dia tidak ketahui, hendaknya dia menanyakan untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.” (Lihat Syarh Nawawi ‘ala Muslim, 6/195, Maktabah Syamilah)

Dianjurkan Berwudhu dari Air Hujan
Dianjurkan untuk berwudhu dari air hujan apabila airnya mengalir deras (Lihat Al Mughni, 4/343, Maktabah Syamilah). Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

“Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci.” Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini.” (Lihat Zaadul Ma’ad, I/439, Maktabah Syamilah)

Namun, hadits di atas munqothi’ (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi (Lihat Irwa’ul Gholil). Hadits yang serupa adalah,

“Apabila air mengalir di lembah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,’Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci’, kemudian kami bersuci dengannya.” (HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Gholil)

Do’a Setelah Turunnya Hujan
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, “Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Muslim no. 240)

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam, jika meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan.. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata.” (Kutub wa Rosa’il Lil ‘Utsaimin, 170/20, Maktabah Syamilah)

Janganlah Mencela Hujan
Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan kenikmatan dari Allah ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan dari seorang muslim seperti ‘Aduh!! hujan lagi, hujan lagi’. Sungguh, kata-kata seperti ini tidak ada manfaatnya sama sekali, dan tentu saja akan masuk dalam catatan amal yang jelek karena Allah berfirman:

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)

Bahkan kata-kata seperti ini bisa termasuk kesyirikan sebagaimana seseorang mencela makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa seperti masa (waktu). Hal ini dapat dilihat pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shohih)

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu), angin dan makhluk lain yang tidak dapat berbuat apa-apa, termasuk juga hujan adalah terlarang. Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari sesuatu yang jelek yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk dan ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, ‘Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat’-, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa. (Lihat Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 227-231)

Perhatikanlah hal ini! Semoga Allah selalu menjaga kita, agar lisan ini banyak bersyukur kepada-Nya atas karunia hujan ini, dan semoga Allah melindungi kita dari banyak mencela.

MENGENAI GUNTUR/PETIR DAN KILAT

Ar Ra’du (petir) adalah suara yang didengar dari awan. Sedangkan Ash Showa’iq (kilat) adalah api (cahaya) yang muncul dari langit bersamaan dengan suara petir yang keras. (Rosysyul Barod, 381, Darud Da’i Linnashri wat Tawzii’)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang petir, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“Petir adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan kehendak Allah.”

Begitu juga ketika Ali ditanya, sebagaimana dikatakan Al Khoroithi dalam Makarimil Akhlaq. Beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Petir adalah malaikat, dan suaranya itu adalah pengoyak di tangannya.” Dan dalam riwayat lain dari Ali juga, “Suaranya itu adalah pengoyak dari besi di tangannya.”

Kemudian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan lagi, “Ar ro’du adalah mashdar (kata kerja yang dibendakan) berasal dari kata ro’ada, yar’udu, ro’dan (yang berarti gemuruh, pen). … Namanya gerakan pasti menimbulkan suara. Malaikat adalah yang menggerakkan (menggetarkan) awan, lalu memindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan setiap gerakan di alam ini baik yang di atas (langit, pen) maupun di bawah (bumi, pen) adalah dari malaikat. Suara manusia dihasilkan dari gerakan bibir, lisan, gigi, lidah, dan dan tenggorokan. Dari situ, manusia bisa bertasbih kepada Rabbnya, bisa mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Oleh karena itu, guntur adalah suara yang membentak awan. Dan kilat adalah kilauan air atau kilauan cahaya… “ (Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, 24/263-264)

Ketika menafsirkan surat al Baqarah ayat 19, As Suyuthi mengatakan bahwa petir (Ar Ra’du) adalah malaikat yang ditugasi mengatur awan. Ada juga yang berpendapat bahwa petir adalah suara malaikat. Sedangkan kilat (barq) adalah kilatan cahaya dari cambuk malaikat tersebut untuk menggiring mendung (Tafsir Jalalain dengan Hasyiyah ash Showi 1/31, ed).

Do’a Ketika Mendengar Petir
Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,

‘Subhanalladzi sabbahat lahu’ (Maha suci Allah yang petir bertasbih kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya petir adalah malaikat yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala ternak membentak hewannya.” (Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Apabila Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,

‘Subhanalladzi yusabbihur ro’du bihamdihi wal malaikatu min khiifatih’ (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya).

Kemudian beliau mengatakan,

“Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri.” (Lihat Adabul Mufrod no. 723, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani)

Dari: Abu Isma’il Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar

Kamis, 07 Agustus 2008

Diambil dari:
http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_id=749
Anugerah Wulandari
15-Jul-2008

Lulus Ujian Akhir? Bidadari Surga Menantimu...

Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula.
- The Zikr –

Portalinfaq.org - Hidup penuh ujian. Allah SWT berfirman bahwa Ia memberi ujian agar mengetahui siapakah yang terbaik amalnya. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan bagimu, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka terbaik perbuatannya." (QS. al-Kahfi: 17)
Sesungguhnya ritme ujian hidup tak ubahnya seperti ujian akhir yang dihadapi para mahasiswa. Sebelum ujian tiba, mahasiswa harus mengikuti perkuliahan reguler dengan tekun dan menyimak apa yang diajarkan dosen agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan lulus ujian. Mahasiswa yang terbaik persiapan belajarnya, maka niscaya akan mampu menghadapi ujian itu dengan baik pula. Suka atau tidak, mahasiswa harus menghadapinya, sehingga wajib baginya untuk menyiapkan perbekalannya, sebelum, menjelang, saat dan sesudah ujian. Demikian pula seorang muslim, ia harus menyiapkan bekal untuk menghadapi ujian hidup agar sukses memasuki surga.

Sebelum Ujian Tiba

Setidaknya ada 5 hal yang harus disiapkan seorang muslim sebelum menghadapi ujian hidupnya, yaitu :
1. Kenali sang pemberi ujian, Allah SWT.
Sebagai mahasiswa, kita harus mengenali tipe dosen yang mengajar dan mengetahui cara mengajarnya, pun dalam memberikan nilai. Apa yang dinilai dan bagaimana ia menilai. Seorang dosen tentu memiliki bobot penilaian sekian persen untuk nilai uts, uas, kehadiran, quiz dan tugas.
Allah SWT memiliki 99 asmaul husna. Rasulullah SAW bersabda, "Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu)." (HR. Bukhari). Ia Maha Pengasih dan Penyayang, tetapi jangan lupa, Ia juga Maha Keras Siksanya.

2. Simak apa yang diajarkan sang pemberi ujian
Dosen biasanya memberi kisi-kisi ketika mendekati ujian, bahkan jauh hari, saat tengah mengajar, dengan kata-katanya, "Catat ini, karena biasanya akan keluar dalam soal ujian." Kisi-kisi ujian itu difirmankan Allah SWT, "Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dan sedikit ketakutan, penyakit, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ". (QS. Al Baqarah : 153 )

3. Banyak latihan
Mahasiswa harus berlatih dengan mengerjakan soal-soal dan banyak membaca. Ini akan memudahkan ketika menghadapi ujian. Seorang muslim pun demikian, ia harus menempa dirinya dengan ibadah harian, dan tidak memanjakan diri dengan kesenangan duniawi. Orang beriman, mereka telah dilatih oleh-Nya untuk hanya bergantung pada-Nya melalui shalat, doa dan zikir. Mereka dilatih untuk hidup Zuhud (dunia ditangannya namun tidak di hati) melalui zakat, infaq dan shodaqoh. Mereka dilatih untuk bersabar, menahan hawa nafsu melalui puasa. Mereka dilatih untuk bersatu antar sesamanya, kaum mu'minin, melalui haji. Semua itu adalah bekal untuk mempersiapkan pejuang sejati.

4. Jangan absen untuk menghadap-Nya.
Mahasiswa absen lebih dari 4 kali di kelas? Dapat dipastikan, tidak akan bisa mengikuti ujian akhir. Shalat wajib Anda tinggalkan? Maka kesempatan untuk berkompetisi hilang sudah. Shalat adalah tiang agama. "Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi." (HR. Annasa'i dan Attirmidzi)

5. Kerjakan tugas-tugas dari Allah SWT.
Dosen memberi tugas? Kerjakan, karena jika tidak, kita tidak akan bisa mendapat nilai A. Apa yang ditugaskan Allah SWT pada kita? "Dan hendaklah ada diantara kamu orang-orang yang mengajak kepada kebaikan, dan menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104) "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. An-Naml : 120)

6. Bertanya jika ada yang tidak diketahui.
Mahasiswa belajar sendiri, mungkin bisa saja dilakukan, namun belum tentu sempurna hasilnya karena terkadang ada catatan yang tak lengkap atau ada ilmu yang diketahui teman, tetapi tak diketahui oleh kita. Bertanya, adalah kunci pembuka ilmu.
Seorang muslim dapat saja belajar sendiri dengan membaca buku-buku Islam, tetapi ia tetap harus bertanya pada teman yang lebih paham ataupun kepada para ulama. "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."(QS.16 : 43)
Menjelang Ujian
Waktu ujian tengah semester maupun akhir semester, telah ditetapkan waktunya. Dalam hidup, tidak bisa tidak, cepat atau lambat, ujian pasti terjadi.

Ada 4 hal yang harus dipersiapkan ketika ujian semakin dekat, yaitu :

1. Persiapkan ilmu, analisa ujian
Analisa ujian yang dihadapi, jangan reaktif. Siapkan jurus-jurus untuk menghadapi ujian, karena setiap soal berbeda bobotnya.
Bekal ilmu untuk menghadapi ujian hidup, sangat penting. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui mana jalan yang diridhai-Nya dan mana yang tidak. "Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri." (HR. Athabrani).

2. Belajar dari soal-soal sebelumnya
Mahasiswa harus rajin mencari foto kopi soal di semester sebelumnya, karena soal ujian biasanya mirip.
Pelajarilah ujian yang dihadapi para nabi, ambil hikmah dari setiap ujian. Bagaimana ending penderitaan yang dialami para nabi? Semuanya ada di dalam Al Qur'an. "Apakah kamu mengira akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (ujian) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kami. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, diguncang (dengan berbagai cobaan). Sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS. Al-Baqarah: 214)

3. Belajar dari buku wajib dan buku tambahan
Ada buku wajib kampus dan buku tambahan. Buku wajib seorang muslim adalah Al Qur'an dan Hadits. Dan untuk buku tambahan adalah buku-buku Islam kontemporer agar wawasan bertambah. "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah saw." (HR. Muslim).

4. Berdoa
Berdoalah kepada Allah SWT semoga Ia memudahkan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Senjata orang-orang beriman adalah doa. "Doa adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi." (HR. Abu Ya'la)

Saat Ujian

1. Hadapi dengan tenang dan sabar.
Saat memasuki ruang ujian, hadapilah dengan tenang dan sabar, jangan tergesa-gesa. Pun di dalam menghadapi ujian hidup, wajib sabar ketika ujian itu datang. Rasulullah SAW bersabda, "Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah." (HR. Al Bukhari)

2. Konsentrasi pada soal ujian, jangan curang.
Soal telah dibagikan. Konsentrasilah pada soal ujian dan jangan coba-coba menyontek! Saat ujian datang, seorang muslim jangan justru lari dari-Nya dengan cara bermaksiat kepada-Nya. Berapa banyak kita saksikan manusia yang ditimpa ujian dan cobaan, bukannya mendekat kepada-Nya, tetapi justru bermaksiat dengan lari dari jalan da'wah ataupun memisahkan diri dari barisan. "syaghalatna amwaluna waahluna : kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga" (QS. 48:11)

3. Selesaikan yang mudah dahulu.
Menghadapi ujian dari dosen, membutuhkan strategi, jangan mengerjakan soal-soal yang sulit dahulu, tetapi kerjakan yang mudah.
Jangan memasuki bidang ujian yang kita tidak mampu memasukinya. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, "Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah?" Nabi saw menjawab, "Melibatkan diri dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya."(HR. Ahmad dan Attirmidzi)

4. Jangan mengeluh bila soalnya sulit.
Ujian kita sangat sulit? Jangan mengeluh. Karena percuma saja, toh ujian tak akan selesai dengan keluhan.
Seorang muslim janganlah sampai mengeluh ketika ujian menimpa, karena Rasulullah SAW bersabda, "Ada 3 hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan)." (HR. Athabrani).

Sesudah Ujian

1. Evaluasi
Apakah ujian itu dapat kita lalui dengan baik? Ucapkan hamdalah bila berhasil melaluinya. Seorang muslim ketika telah melewati ujian berupa penderitaan dan kesedihan, hendaknya tetap istiqomah di jalan-Nya. Dari Abu Hurairah ra katanya, sabda Rasulullah saw, "Tidak disengat seseorang mukmin itu dua kali dalam satu lubang."

2. Ambil hikmahnya.
Ada hikmah di setiap kejadian. Karena khasanah kebaikan kembali kepada-Nya. Bahkan ketika tertusuk duri, ada hikmahnya. "Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa." (HR. Al Bukhari)

3. Bersiap menghadapi ujian selanjutnya.
Ujian mahasiswa tentu tidak hanya satu mata kuliah, tetapi ada beberapa macam. Selama hayat masih dikandung badan, maka bersiaplah menghadapi ujian-ujian yang beraneka ragam bentuknya. "Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan "kami beriman" sedang mereka tidak di uji lagi."(QS. Al Ankaabut: 2-3)

Untuk Apa Ujian Itu?

Untuk apakah ujian itu Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya?
Ujian adalah sunnatullah dari Allah untuk memisahkan orang-orang munafik dari barisan orang-orang beriman, memisahkan antara loyang dengan emas. "Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)."(HR. Athabrani)
Ujian adalah tarbiyah dari Allah untuk meningkatkan derajat hamba-Nya, sebagai wujud kasih sayang-Nya. "Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu." (HR. Athabrani).
Ujian adalah sunntullah untuk orang-orang yang berada di jalan Al Haq. Jika kita tidak merasakan adanya ujian yang berat, maka patut dipertanyakan apakah jalan yang kita lalui adalah jalan yang benar. Saad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya" Nabi saw menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seroang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa." (HR. Al Bukhari)
Dalam menghadapi ujian, seorang mu'min harus selalu berprasangka baik kepada Tuhannya. "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah." (HR. Attirmidzi).
Allah SWT menghibur orang-orang beriman dalam menghadapi ujian dengan firman-Nya, "Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. 3 : 139).
Penutup
Ujian hidup tidak selamanya berbentuk penderitaan dan kesedihan hati, tetapi bisa juga dalam bentuk kenikmatan dan kesenangan. Bila ujian itu dalam bentuk kesenangan, apakah sang hamba dapat bersyukur? Bila dalam penderitaan, apakah sang hamba bersabar? Syukur dan sabar adalah keistimewaan orang-orang yang beriman, yang dikagumi oleh sang nabi.
Surga memiliki kriteria (muwashofat) untuk orang-orang yang akan memasukinya. Nilai A, B, C, D, atau E, adalah hak prerogatif Allah SWT. Tugas manusia adalah berdoa, berikhtiar dan bersabar. Dan tentu saja, untuk mengetahui apakah kita benar-benar lulus atau tidak, jawabannya ada di hari akhir nanti.
Lulus ujian, akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya dan tiada lain balasannya adalah ridha-Nya, surga-Nya, dan bidarari yang bermata jeli. Allah SWT berfirman, "Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik." (QS. Al Waqiah : 22-23).
Bidadari menantimu. Selamat ujian.(ANW)

Rabu, 07 Mei 2008

BILA IBU BOLEH MEMILIH

Anakku,. Bila ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu.
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah.
Sembilan bulan nak,. engkau hidup di perut ibu Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata.

Anakku,. Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit, Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia, Saat itulah, saat paling membahagiakan Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah, Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan, Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku,.Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku,.Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku. Hidup memang pilihan. Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana Maka maafkanlah nak. Maafkan ibu. Maafkan ibu. Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita, Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang Percayalah nak. Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu Percayalah nak. Engkau akan selalu menjadi belahan nyawa ibu. (Puisi Ratih Sang)


Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus
pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh daripintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, "Dari mana saja seharian ini?". Sebagai balasannya, kau jawab,"Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan,"Aku tidak ingin seperti Ibu."

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh,"Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?"

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,"Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah
seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab,"Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlu-kan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya. Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU. (email berantai dari teman)

Siapapun dan bagaimanapun kondisi Ibu,
Beliau adalah wanita yang dipercayai Allah untuk membawa kita kemanapun Beliau melangkah selama +/- 9 bulan
Beliau adalah wanita yang diuji Allah untuk siap menukar nyawa saat melahirkan kita
Beliau adalah wanita yang diberkahi Allah untuk mengajari kita bertingkah laku
Beliau adalah wanita yang dimuliakan Allah untuk mendampingi hidup kita
Siapapun dan bagaimanapun Beliau.......

Jumat, 25 April 2008

Kekuatan Sedekah

Dikisahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sbb :
Tatkala Allah Ta'ala menciptakan bumi, maka bumipun bergetar.
Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumipun terdiam.
Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.
Kemudian mereka bertanya "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung ?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (kita mafhum bahwa gunung batupun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi),
Para malaikat bertanya lagi "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi ?"
Allah yang Maha Suci menjawab, "Ada, yaitu api" (besi, bahkan bajapun bisa menjadi cair dan lumer setelah dibakar api),
Para malaikat kembali bertanya "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api ?"
Allah yang Maha Agung menjawab, "Ada, yaitu air" (api membara sedahsyat apapun niscaya akan padam jika disiram air),
Para malaikatpun bertanya kembali "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada air ?"
Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, yaitu angin"(air disamudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tiada lain karena kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat),
Akhirnya para malaikatpun bertanya lagi "Ya Allah, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua ?"
Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya ".
Artinya, yang paling hebat, paling kuat dan paling dahsyat sebenarnya adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih , tulus dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain .
Berkaitan dengan ikhlas ini, RasulAllah SAW mengingatkan dalam pidatonya ketika beliau sampai di Madinah pada waktu hijrah dari Makkah : "Wahai segenap manusia ! Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niat , dan seseorang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya" .
Oleh karena itu hendaknya kita selalu mengiringi sedekah kita dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah semata, tanpa tendensi ingin dipuji, dianggap dermawan, dihormati, dll yang dapat menjadikan sedekah kita menjadi sia-sia.

Ganjaran bersedekah

RasulAllah Shollallahu Alaihi Wa Sallam menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi berkah.
Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang berdekah, ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan ganti, sebagaimana firman-Nya dan sabda RasuluAllah SAW, sbb :
@ Allah Ta'ala berfirman, " Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah " . {Qs. Al Lail (92) : 5-8}
@ Allah Ta'ala berfirman, "Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki . Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui" . {Qs. Al Baqarah (2) : 261}
@ RasulAllah SAW bersabda, " Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, "Ya Tuhan, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah ". Yang satu lagi menyeru " musnahkanlah orang yang menahan hartanya " .

Tolak Bala dengan Sedekah

Orang-orang yang beriman sangat sadar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW , sbb :
@ " Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah " ..
@ " Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah " .
@ " Obatilah penyakitmu dengan sedekah" .
Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk melakukannya karena kekhawatiran bahwa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kita enggan memberi pengemis/pengamen yang kita temui dipinggir jalan dengan pemikiran bahwa mereka (pengemis/pengamen tsb) menjadikan meminta-minta sebagai profesinya, tidak mendidik, dll. Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan setan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah) , sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian karena seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk gemar bersedekah,
Masalah apabila ternyata kemudian bahwa sedekah yang kita beri kepada pengemis/pengamen tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, karena sedekah hakekatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/pengamen/ fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkecukupan, dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah) ???
Atau kalo kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/pengamen/ fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah uang sebelum sholat Jum'at dan memasukkan ke kotak-kotak amal yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minimal setiap Jum'at, misalnya Jum'at ini kita menyumbang Rp. 10 ribu ke kotak amal maka sebaiknya Jum'at berikutnya harus sama, syukur-syukur bisa lebih dan terutama harus diiringi dengan keikhlasan.
Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga disisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi didunia dan akhirat karena tidak mendapat keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (belanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya menahannya adalah celaka. Tidak mengherankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang berinvestasi dan menabung disisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperoleh berlipatganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu.

Sedekah yg pahalanya terus mengalir

Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda : "Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal : amal jariyah , ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo'akannya " (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad).

Berikut contoh konkrit, sadaqah (amal) jariah, yang pahalanya terus mengalir walaupun si pemberi sadaqah telah wafat :

SADAQAH JARIAH – KEBAIKAN YANG TAK BERAKHIR
1.Berikan Al-Quran pada seseorang , setiap saat Al-Quran tersebut dibaca, anda mendapatkan kebaikan. (Give Quran to someone and each time they read from it, you will gain hasanaat.)
2. Ajarkan seseorang sebuah do'a . Pada setiap bacaan do'a itu, anda mendapatkan kebaikan. (Teach someone to recite a dua. With each recitation, you will gain hasanaat.)
3.Sumbangkan kursi roda ke RS dan setiap orang sakit menggunakannya, anda mendapatkan kebaikan.(Donate a wheel chair to a hospital and each time a sick person uses it, you will gain hasanaat.)
4. Tanam sebuah pohon . Setiap seseorang atau hewan berlindung dibawahnya atau makan buahnya, anda dapat kebaikan. (Plant a tree. Each time any person or an animal sits under its shade or eats from the tree, you will gain hasanaat.)
5. Tempatkan pendingin air di tempat umum . (Place a water cooler in a public place.)
6. Berbagi bacaan yang membangun dengan seseorang. Share constructive reading material with someone.)
7. Libatkan diri dalam pembangunan mesjid. (Participate in the building of a mosque.)
8. Berbagi CD Quran atau Do'a. (Share a dua or Quran CD.)
9. Bantulah pendidikan seorang anak .(Help in educating a child.)
10.Bagikan pengetahuan ini dengan orang lain . Jika seseorang menjalankan salah satu dari hal diatas, Anda dapat kebaikan sampai hari Qiamat. (Share this with someone. If one person applies any of the above you will receive your hasanaat until the Day of Judgment.)

-dari: email berantai-

Rabu, 26 Maret 2008

TABLE MANNER SYARIAH


Istilah table manner alias etiket makan, selama ini identik dengan acara jamuan makan resmi bergaya Barat. Sebenarnya tidak demikian. Etiket makan tidak hanya ada di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, dikenal etiket makan.

Makan, adalah alat bantu komunikasi. Paham etiket di meja makan mempermudah kita dalam pergaulan. Dalam acara jamuan makan, tata cara makan atau table manner merupakan hal utama yang penting diperhatikan. Tata cara makan menunjukkan siapakah diri kita sebenarnya.

Tujuan mempelajari table manner

- Agar mudah bergaul
- Percaya diri/ terhindar dari rasa canggung atau malu
- Menghindari perilaku yang salah
- Menghindari pemandangan yang kurang baik
- Tidak mengganggu orang lain
- Menjalin keakraban
- Dapat menikmati suasana jamuan dengan nyaman

Jenis-jenis jamuan makan internasional

Dalam jamuan makan internasional dikenal enam jenis istilah makan.
Yakni coffee morning, brunch, lunch, teatime, cocktail, dan terakhir dinner
• Cofee morning diadakan pada pagi hari, pukul 10.00-12.00.
• Brunch alias breakfast lunch, diadakan antara waktu makan pagi hingga siang. Biasanya di atas jam sembilan, makanan disajikan prasmanan.
• Lunch diadakan mulai pukul 11.30-17.00.
• Teatime biasanya acara minum teh yang diadakan pukul 14.30-17.00.
• Sedangkan cocktail merupakan jamuan berdiri, yang diadakan sebelum makan malam. Yakni, antara pukul 18.00-19.00.
• Dinner. Yakni jamuan makan yang diadakan pada pukul 19.00.

Adab Menerima Undangan

1. Memberi konfirmasi / jawaban undangan
2. Datang tepat waktu
3. Tidak membawa teman / anak kecil untuk acara resmi
4. Berpakaian rapih, bersih dan sesuai dengan jenis acara
5. Duduk pada tempat yang telah disiapkan
6. Bukalah serbet makan dan letakkan diatas pangkuan
7. Makanlah setelah semua tami sudah mendapat hidangan
8. Letakkan tangan anda sebatas pergelangan tangan diatas meja
9. Tangan yang tidak digunakan diletakkan diatas pangkuan
10. Duduk dengan tegak (tidak membungkuk)
11. Gunakan alat makan sesuai dengan fungsinya
12. Bila tidak mengerti tanyakan pada pelayan / teman
13. Gunakan alat makan yang letaknya bagian luar lebih dahulu
14. Bawalah makanan dari piring ke mulut Artinya, Anda tidak dibenarkan untuk membungkukkan badan. Kunyah makanan dengan tenang, tidak berbunyi atau mengecap
15. Menelan makanan / minuman dengan tenang (jangan berbunyi)
16. Tidak berbicara bila masih ada makanan dalam mulut
17. Letakkan sendok, garpu dan pisau pada posisi jam empat untuk menyatakan selesai makan
18. Lipatlah serbet seadanya dan letakkan pada bagian kiri
19. Keluarlah dari sisi sebelah kanan kursi dan dahulukan orangtua / wanita pada saat meninggalkan tempat
20. Doronglah kursinya kembali, masukkan kebawah meja baru meninggalkan tempat

Tata Cara Makan (Eating etiquete)

- Roti dimakan dengan cara disobek, setelahnya baru dioles mentega.
- Ambillah (suaplah) hidangan sedikit, karena anda akan bercakap selama jamuan makan
- Katupkan mulut sewaktu makan
- Telanlah makanan yang ada di mulut sebelum anda menjawab pertanyaan atau memberi komentar
- Anda boleh meminta makanan yang jauh kepada kawan anda
- Jangan memberikan pertanyaan kepada kawan yang baru saja menyuap, juga kepada yang sedang mengedarkan makanan
- Jangan berkumur-kumur
- Perhatikan letak siku pada saat makan
- Tidak menggunakan jari untuk melepas makanan dari garpu
- Jangan menumpuk piring
- Tidak menggunakan tusuk gigi didepan tamu


Tata Cara Makan jamuan Perasmanan (Buffet)

a. Kendati buffet, hidangan tetap menuruti "hukum jamuan makan", yakni berurutan dari pembangkit selera, sup, hidangan utama, hingga hidangan penutup.
b. Mengambil hidangan step by step, sambil menjauhi meja prasmanan, karena ini memang standing party
c. Menikmati hidangan sambil berdiri, atau duduk di meja sekalipun, disarankan jangan mengambil makanan berlebihan. Karena suasana informal, disarankan menyambangi meja prasmanan berulang kali ketimbang menumpuk makanan di piring
d. Jangan mencampur segala hidangan, semisal appetizer, dessert, dan hidangan utama ke dalam satu piring.
e. Batasi nafsu makan Anda. Jangan berpikiran ingin menyantap semuanya, meskipun makanan yang disajikan amat memancing selera. Betapapun Anda harus dapat menjaga image.


Tabble Manner Syariah

Apa yang membedakan table manner internasional dengan table manner syariah? Salah satu perbedaaan yang cukup mencolok adalah pelayanan, penyajian, dan cara makan pada table manner syariah dilakukan dari sisi kanan

• Pada jamuan makan internasional, tamu akan memotong makanan terlebih dahulu dengan posisi pisau di sebelah kanan dan garpu di sisi kiri. Sementara pada etiket makan syariah, setelah tamu memotong makanannya, posisi pisau yang semula di tangan kanan, dipindah ke tangan kiri, sementara garpu di kanan. Setelah itu, baru makan dengan tangan kanan,

• Table manner syariah juga tidak menyediakan asbak. Artinya, tamu tidak diperkenankan untuk merokok. Dan yang terpenting, semua makanan dalam table manner syariah merupakan makanan halal. Jadi, jangan harap ada minuman beralkohol.

• Tata letak piranti makan pada table manner internasional yang mengadopsi etiket makan ala Barat. Hanya saja dalam table manner syariah, gelas hanya ada satu yaitu untuk air putih. Sedangkan pada table manner internasional, biasanya menyediakan tiga buah gelas

•Tata krama atau sopan santun juga berlaku di meja makan. Seperti apa tata krama makan yang berpedoman pada Al Quran dan hadis Rasulullah? Anda tentu sering mendengar istilah table manner, bukan? Benar sekali, table manner adalah etiket, tata krama atau sopan santun di meja makan.

Selama ini, table manner identik dengan jamuan resmi bergaya Barat. Padahal, etiket makan tak cuma ada di Barat. Negara-negara lain pun punya etiket makan masing-masing. Masyarakat Jepang, Cina, bahkan Indonesia pun memiliki tata krama tersendiri di meja makan. Lalu, bagaimana dengan tata krama makan yang sesuai dengan ajaran Islam? Nah, inilah yang tengah digali dan dikembangkan oleh tim khusus dari Hotel Sofyan Betawi, Menteng, Jakarta. Dalam kaitan ini, belum lama berselang, Hotel Sofyan menggelar sebuah acara yang cukup langka yaitu pelatihan table manner syariah.

Sesuai namanya, table manner syariah berpedoman pada hadis Nabi Muhammad saw dan Al Quran. ''Sebagai Muslim, maka semua perilaku hidup kita diharapkan mengikuti sunah Rasul, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Begitu juga dengan sikap ketika menyantap hidangan,'' kata Ahmadin, salah seorang manajer Hotel Sofyan. Tak cuma hadis Nabi, kitab suci Al Quran pun mengajarkan tata krama yang baik ketika bersantap. Hal itu secara jelas tertuang dalam Al Quran surat 2 ayat 168 yang artinya,''Hai manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik yang terdapat di muka bumi ini secara baik-baik, dan tidak berlebihan''.

Apa yang tersurat dalam hadis Nabi dan Al Quran ini memunculkan ide sekaligus semangat pada tim khusus dari Hotel Sofyan untuk mengembangkan etiket makan yang berpedoman pada ajaran Islam, namun tetap mengikuti standar internasional. Mungkin Anda bertanya, apa yang membedakan table manner internasional dengan table manner syariah?

Salah satu perbedaaan yang cukup mencolok adalah pelayanan, penyajian, dan cara makan pada table manner syariah dilakukan dari sisi kanan. Jadi, pelayan yang hendak menghidangkan makanan harus melakukannya dari sebelah kanan tamu. Begitu pun saat menyantap hidangan. Pada jamuan makan internasional, tamu akan memotong makanan terlebih dahulu dengan posisi pisau di sebelah kanan dan garpu di sisi kiri. Sementara pada etiket makan syariah, setelah tamu memotong makanannya, posisi pisau yang semula di tangan kanan, dipindah ke tangan kiri, sementara garpu di kanan. ''Setelah itu, baru makan dengan tangan kanan,'' terang Zaenal Arifin, salah seorang anggota tim table manner syariah Hotel Sofyan.

Table manner syariah juga tidak menyediakan asbak. Artinya, tamu tidak diperkenankan untuk merokok. Dan yang terpenting, semua makanan dalam table manner syariah merupakan makanan halal. Jadi, jangan harap ada minuman beralkohol. Sementara porsi makanan yang disajikan, disesuaikan dengan standar yang sudah baku. Bagaimana dengan tata letak piranti makan yang digunakan pada table manner syariah? Ternyata, tak jauh berbeda dengan tata letak piranti makan pada table manner internasional yang mengadopsi etiket makan ala Barat. Hanya saja dalam table manner syariah, gelas hanya ada satu yaitu untuk air putih. Sedangkan pada table manner internasional, biasanya menyediakan tiga buah gelas. Satu untuk air putih, dan dua lainnya untuk minuman beralkohol.

Urutan penyajian

Seperti halnya table manner internasional, table manner syariah pun mengenal urut-urutan penyajian, dari makanan pembuka sampai hidangan penutup. Bedanya, jika pada jamuan makan internasional ada tujuh tahap penyajian, maka table manner syariah yang dikembangkan oleh Hotel Sofyan terdiri dari lima tahap. Sebagai gambaran untuk Anda, berikut ini adalah urut-urutan penyajian pada table manner syariah, dan contoh hidangannya.

* Pertama, disajikan roti dan mentega. Sebelum memakannya, potong-potong terlebih dahulu rotinya dengan pisau, lalu olesi dengan mentega. Ingat, untuk memakannya, gunakan garpu yang sebelumnya telah Anda pindahkan posisinya ke tangan kanan.

* Berikutnya dihidangkan salad. Untuk menyantapnya, Anda gunakan garpu kecil yang letaknya di bagian kanan paling luar. Biarkan salad itu menghampiri mulut Anda. Artinya, Anda tidak dibenarkan untuk membungkukkan badan. Hal ini juga berlaku ketika Anda menyantap hidangan apa saja. Pertahankan sikap tubuh yang tegak itu hingga jamuan makan usai.

* Sebelum sampai pada hidangan utama, Anda akan dipersilakan menikmati sop. Untuk menyantapkan, gunakan sendok besar yang ada di sebelah kanan, dan jangan lupa untuk selalu menggunakan tangan kanan.

* Tibalah saatnya menikmati makanan utama. Biasanya disajikan hidangan dari daging. Sebut saja misalnya steak. Untuk menyantap hidangan utama ini, Anda dianjurkan menggunakan garpu dan pisau besar. Bagaimana melakukannya? Pertama, potong-potong daging terlebih dahulu dengan posisi pisau di tangan kanan, dan garpu di tangan kiri. Di sini, garpu berfungsi untuk menekan makanan. Setelah daging terpotong-potong sesuai keinginan Anda, pindahkan posisi pisau ke tangan kiri dan garpu ke tangan kanan. Barulah, Anda menyantap hidangan utama dengan tangan kanan.

* Sebagai hidangan penutup, cocktail merupakan pilihan menu yang kerap dihidangkan. Nikmati cocktail menggunakan sendok kecil.

Mengenai urutan penyajian ini, Widadi, unit manager Hotel Sofyan yang menjadi salah satu pencetus ide table manner syariah mengatakan, urut-urutan penyajian ini bukan harga mati. ''Hal ini bisa disesuaikan dengan permintaan tamu, mau berapa kali makannya. Kecuali, untuk minuman beralkohol, hotel kami tidak menyediakan''.

* Berikutnya dihidangkan salad. Untuk menyantapnya, Anda gunakan garpu kecil yang letaknya di bagian kanan paling luar. Biarkan salad itu menghampiri mulut Anda. Artinya, Anda tidak dibenarkan untuk membungkukkan badan. Hal ini juga berlaku ketika Anda menyantap hidangan apa saja. Pertahankan sikap tubuh yang tegak itu hingga jamuan makan usai. Setelah makan salad, garpu sehabis digunakan ditaruh di atas piring tatakan salad dan garpu tersebut dalam posisi terbuka membentuk jam 7, kalau anda masih mau meneruskan makan salad, garpu diposisikan dalam keadaan terbuka membentuk jam 12 diatas tatakan salad

* Sebelum sampai pada hidangan utama, Anda akan dipersilakan menikmati sop. Untuk menyantapkan, gunakan sendok besar yang ada di sebelah kanan, dan jangan lupa untuk selalu menggunakan tangan kanan. Sendok utk menyendok sup mengarah keluar (menjauhi kita) dan melewati bibir mangkuk sup. ini dimaksudkan agar sup tidak tumpah berceceran, dan sup lah yg mendekati kita, bukan kita yg mendekati sup :D

* Tibalah saatnya menikmati makanan utama. Biasanya disajikan hidangan dari daging. Sebut saja misalnya steak. Untuk menyantap hidangan utama ini, Anda dianjurkan menggunakan garpu dan pisau besar. Bagaimana melakukannya? Pertama, potong-potong daging terlebih dahulu dengan posisi pisau di tangan kanan, dan garpu di tangan kiri. Di sini, garpu berfungsi untuk menekan makanan. Setelah daging terpotong-potong sesuai keinginan Anda, pindahkan posisi pisau ke tangan kiri dan garpu ke tangan kanan. Barulah, Anda menyantap hidangan utama dengan tangan kanan.
Kalau ada makanan pendamping seperti kentang dan sayuran. cukup menusuk dgn garpu atau dgn menyendoknya dgn garpu...

* Sebagai hidangan penutup, cocktail merupakan pilihan menu yang kerap dihidangkan. Nikmati cocktail menggunakan sendok kecil.

Setelah makan habis dimakan biasakan menaruh alat makan dgn posisi terbuka dan membentuk jam 7.. bukanya dgn posisi tertutup ya seperti yg biasa kita lakukan...:)

biasanya setelah dessert dihidangkan, pelayan akan meawarkan anda secangkir kopi atau teh... katakan "tidak, terimakasih" jika perut anda sudah tidak cukup utk menampung makanan... jika masih sanggup boleh minta... biasanya setelah pelayan menuangkan kopi mereka akan menawarkan susu... katakan iya bila anda menyukainya....
kalau anda pesan teh si pelayan akan menawarkan lemon...

(copy dari milis ttg table manner syariah)

Rabu, 19 Maret 2008

Satu hari, Allah menuntun jemariku untuk membuka blog seorang saudara muslim (punten bgt, alamat blog gak sempat kecatet). Isinya benar2 bikin merinding.
Astagfirullah.....ternyata masih sangat jauh dari sempurna perilaku selama ini
Semoga bisa menjadi 'pencerahan' untuk semua.
Aminnnn


Menjadi hamba Allah dalam arti yang sebenarnya, tentulah tidak cukup hanya sekadar pengakuan yang tanpa diiringi oleh amal untuk menuju kearah itu.
Oleh karenanya Allah memberikan ciri-ciri hamba Allah yang benar dalam beriman dan beramal. Allah memberinya gelar ‘Ibaadurrahmaan (hamba Allah Yang Maha Pengasih Penyayang).
Kedudukan ini hanya karena ketaatan dan ketinggian akhlaknya, yang sangat pantas menjadi contoh teladan bagi manusia, yang mengaku sebagai hamba Allah.

“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba.” (QS Maryam: 93)

Alangkah bahagianya, siapa saja yang menyadari betapa indah dan nikmatnya orang yang mengetahui ilmu tentang bagaimana menjadi seorang hamba Allah yang tertuntun dalam cahaya Islam.

Ia tidak akan merelakan sesaat pun, kecuali menjadi jalan untuk mendapatkan curahan kasih sayang Allah.

Ia mewaspadai segala sikapnya.

Pandangannya disiapkan untuk menjadi mata yang dapat memandang Allah di akhirat kelak.Ditahannya sekuat-kuatnya dari segala hal yang tidak akan pernah diridhai-Nya. Dipalingkannya sedemikian rupa dari segala yang diharamkan.
Dijadikannya ladang kegemaran dan kenikmatan membaca surat dari Sang Maha Pencipta.
Pandangannya senantiasa digunakan untuk memandang kesempurnaan dan keindahan karya Sang Pengatur alam.

Pendengarannya ia jaga dan persiapkan menjadi telinga yang dapat mendengarkan merdunya suara percakapan ahli surga.Ia tutup rapat-rapat dari kalimat-kalimat yang menghinakan, suara kotor yang sia-sia, yang membuat hati menjadi keras dan membatu.
Namun sebaliknya, dia buka lebar-lebar telinganya tersebut terhadap kalimat-kalimat dan suara-suara yang dapat membuatnya semakin mengenal dan mengerti Rabbnya.
Ia memahami firman Allah swt, dalam surat al-Isra’ ayat 36.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.”

Pikirannya dikuasai dengan baik dan benar.Tidak terjebak untuk memperumit dan mempersulit masalah yang berkaitan dengan masalah duniawi.
Semua kekuatan berpikirnya ia arahkan untuk menerjemahkan segala urusan dan kejadian di sekitarnya, sehingga menjadi sarana untuk semakin mengenal dan mengagumi kekusaan Alah Yang Mahakuasa.Tidak sempit, namun sebaliknya luas dan lebar serta sangat dalam. Buah pikirannya senantiasa berujung pada pemujaan atas keagungan dan kebesaran Allah swt, karena ia mengamalkan firman Allah, surat Ali Imran ayat 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi: “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Lisannya ia jaga supaya tidak berucap kata yang menimbulkan penyakit, masalah dan memperkeruh keadaan, sehingga kata-katanya benar serta menyejukan. Ia seringkali membakar semangat untuk senantiasa taat, penuh hikmah dan manfaat, membuat siapapun merasa beruntung mendengarkannya. Jauh dari kalimat-kalimat keji dan kotor, hina dan sia-sia. Bahkan diamnya sekalipun membuat pendengarannya semakin mengingatkan dan merindukan taat kepada Allah. Sementara lidahnya senantiasa basah menyebut asma Allah. Dalam kitab-Nya yang mulia, surat al-Ahzab ayat 35, Allah berfirman, “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah.”

Buruk sangka, iri, dengki, ujub, riya, takabur dan berbagai perilaku hati yang hina lainnya sekuat-kuatnya ia cegah. Tidak pernah rela ada noda penyakit hati bersemayam dalam hatinya. Kalaupun sempat terlintas, maka segera ia menghapus, membasmi dan segera bertaubat.

Tak pernah jemu ia memohon pertolongan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, agar hatinya tetap jernih dan bersih. Karena ia yakin benar, bahwa tidak akan pernah ada ketenangan dan kemuliaan kecuali dengan hati yang bersih dan jernih.
Tidak akan pernah seseorang merasakan kenikmatan dan kelezatan dalam taat, kecuali dengan hati yang bersih.
Tidak akan pernah seseorang mengenal, mencintai dan merindukan pertemuan dengan Allah, kecuali dengan hati yang bersih.

Senantiasa dihiasi hatinya dengan husnudzdzan (berbaik sangka) kepada Allah dan hamba-hamba-Nya, segala perbuatannya senantiasa berhiaskan ikhlash, tawadhu dan bersih. Ia tahu Allah berfirman, surat asy-Syu’araa’ ayat 88-89,
“Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Wajahnya senantiasa ceria dan senantiasa dihiasi senyuman.

Gerak-geriknya senantiasa terjaga dan terpelihara.

Penampilannya sederhana dan menyenangkan.

Selalu cepat hadir kebaikannya dimanapun ia berada.

Siapapun merasa aman dan tentram dengan kehadirannya.

Sungguh senantiasa mengesankan perilaku dan tindakan-tindakannya.

Betapa penuh pula perhatian dan bakti kepada ayah dan ibunya, keluarga dan saudara-saudaranya.

Gemar menjalin persahabatan, mengeratkan silaturrahmi dan penuh keakraban dengan tetangga-tetangganya.

Ketika ia mendengar seruan adzan, tak pernah ia menunda-nunda langkahnya menuju rumah Allah. Ia segera berwudhu. Dan wudhunya senantiasa bersih dan sempurna.
Khusyu’ dan senantiasa merasakan kenikmatan dalam ibadahnya.
Hari-harinya senantiasa sarat denga sujud dalam ibadah dan syukur atas karunia dan nikmat-Nya.
Abu Ayyub al-Anshari ra bercerita, ada seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah saw dalam perjalanan untuk memegang tali kekang untanya. Kemudian orang itu berkata, “Wahai Rasulullah atau ya Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka.”
Nabi saw tidak segera menjawab. Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda, “Ia benar-benar mendapat petunjuk.”
Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut, “Apa yang engkau katakana tadi?” Orang itu pun mengulangi perkataannya. Lalu Nabi saw bersabda, “Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu.” (HR Muslim)

Demikian itu ia lakukan hanya ingin menjadi hamba Allah yang bersih.
Dan, ia ingin tetap menjadi hamba-Nya dengan tidak menyekutukkan-Nya, berusaha mentaati-Nya dengan tidak menentang perintah-Nya, dan membangun akhlak dengan-Nya.
Ia faham, kelak dihari pembalasan, akan kembali kepada Allah tetap sebagai hamba-Nya.

Jumat, 14 Maret 2008

Semoga yang berikut bisa menjadi tuntunan hidup, Insya Allah.....


















(file dari temen, gak jelas sumbernya, anyway tq bgt!)